Senin, 08 Oktober 2012

Pengembangan Teknologi Penangkapan Dalam Pengelolaan Sumberdaya IkanKegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia sudah mendekati kondisi yang kritis.Tekanan penangkapan yang meningkat dari hari ke hari semakin mempercepat penurunan stok sumberdaya ikan. Tingginya tekanan penangkapan khususnya di pesisir pantai telahmenyebabkan menurunnya stok sumber daya ikan dan meningkatnya kompetisi antar alat penangkapan ikan yang tidak jarang menimbulkan konflik diantara nelayan. Sebagai akibat darimenurunnya pendapatan, nelayan melakukan berbagai macam inovasi dan modifikasi alat penangkapan ikan untuk menutupi biaya operasi penangkapannya.Pelanggaran penggunaan alat tangkap dan metoda penangkapan ikan bukan berita baru lagidalam kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya adalah pelanggaran penggunaan trawl (pukatharimau) secara illegal di beberapa wilayah peraiaran.Pemerintah (dalam hal ini DKP) sebenarnya tidak menutup mata atas semua kejadian pelanggaran itu. Penegakan hukum terhadap pelanggar memang sudah dilakukan. kesulitan mengontrol seluruh aktivitas nelayan khususnya di daerah terpencil dan perbatasantelah mendorong meningkatnya pelanggaran penangkapan ikan (illegal fishing).Bila kita menengok sejarah pengelolaan sumberdaya ikan, fakta menunjukkan bahwa kegagalan pengelolaan beberapa stok sumberdaya baik secara regional maupun dunia berpangkal darikesalahan kita dalam perencanaan dan antisipasi awal terhadap dampak pengoperasian alattangkap dan dinamikanya.Penemuan dan penggunaan purse seine dan echosounder pada perikanan pelagis contohnya.Penggunaan purse seine yang dilengkapi echosounder dalam waktu yang sangat singkat telahmampu mempercepat pemenuhan kebutuhan akan ikan dunia. Namun dibalik itu, pengembanganalat tangkap yang tak terencana dan dinamika perubahannya yang tanpa kontrol telahmempercepat punahnya sumberdaya ikan pelagis seperti sardin dan anchovy (clupeids).Demikian juga dengan penemuan pukat harimau, yang diyakini sebagai alat tangkap paling produktif, ternyata juga mempunyai dampak negatif terhadap biota lain yang tak termanfaatkandan lingkungan sekitarnya.Disisi lain, sejarah juga mencatat bahwa kesalahan dalam mengantisipasi dinamika alat tangkap juga telah menyebabkan punahnya sumberdaya ikan. Bangkrutnya perikanan anchovy di Perutelah memberi pelajaran kepada kita bahwa kesalahan dalam mengantisipasi perilaku nelayandalam merespon setiap perubahan baik internal maupun eksternal stok sumberdaya ikan telahmerusak keberlanjutan kegiatan perikanan pelagis.Bertolak dari beberapa pengalaman tersebut, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan berkelanjutan hanya dapat dilakukan jika pengoperasian suatu alattangkap direncankan secara matang dan terencana.Keputusan untuk pengoperasian alat tangkap (termasuk teknologinya) harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan diperlukan evaluasi mendalam sebelumnya. Karena, setiap pengoperasinunit penangkapan ikan akan berdampak baik terhadap sumberdaya ikan yang ditangkap maupunlingkungannnya, sehingga perlu dikaji sampai sejauh mana dampaknya dan bagaimanameminimalkan dampaknya. Evaluasi dampak pengoperasian alat tangkap minimal harus mampu menjawab tiga dampak utama, yaitu : 1. Dampak terhadap lingkungan, 2. Dampak terhadap kelimpahan sumberdaya 3. Dampak terhadap target sumberdaya ikan itu sendiri. Disamping mengevaluasi dampak pengoperasian alat tangkap, perencanaan pemanfaatansumberdaya juga harus mempertimbangkan aspek dinamika upaya penangkapan ikan. Kesalahanmengantisipasi dinamika upaya penangkapan ikan akan berdampak pada apa yang dinamakansebagai berlebihnya kapasitas perikanan atau over capacity Rejim open access yang diterapkan sebagian besar negara pada masa lalu yang membiarkan jumlah dan teknologi alat tangkap berkembang tanpa kontrol ditambah subsidi pemerintah dalamupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan di negara berkembang telah mendorong percepatanterjadinya over capacity di sebagian besar perikanan dunia. Overcapacity yang juga dapatdiartikan sebagai berlebihnya armada penangkapan atau tingginya teknologi penangkapan yangdigunakan dalam operasi penangkapan ini telah menjadi isu hangat para pakar perikanan padatahun-tahun terakhir dalam upaya memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya ikan yang adaselama ini.Kalau selama ini pengelolaan sumberdaya ikan hanya dikonsentrasikan pada upaya bagaimanamencapai hasil tangkapan yang maksimum, maka pengelolaan perikanan sekarang sudahmempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan baik secara ekonomi, ekologidan lingkungan. Alat tangkap ikan sebagai sarana utama dalam pemanfaatan ikan diatur sedemikian rupasehingga tidak berdampak negatif baik pada pemanfaat dan pengguna sumberdaya ikan, biota,dan lingkungan perairan serta pengguna jasa perairan lainnya.Penggunaan alat tangkap ikan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan harus benar-benar memperhatikan kesetimbangan dan meminimalkan dampak negatif bagi biota lain yang kurangtermanfaatkan. Hal ini penting dipertimbangkan mengingat hilangnya biota dalam struktur ekosistem laut akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang ada.Praktisi teknologi penangkapan ikan sudah memulai mengembangkan alat tangkap yangdimaksud, baik dengan melakukan modifikasi atau membuat rancangan alat tangkap yang ramahlingkungan. Konsep-konsep alat tangkap ikan yang selektif dan ramah lingkungan seperti Turtle Excluder Device(TED), yang di Indonesia dimodifikasi menjadi Bycatch Excluder Device (BED) dan alat tangkap yang selektif sudah mulai di perkenalkan.Disamping teknologi itu sendiri, adalah penting bagi pemanfaat sumberdaya ikan untuk memahami pengelolaan penangkapan ikan yang meliputi perencanaan, pengoperasian, danoptimalisasi pemanfaatan ikan. Rekayasa alat tangkap harus mempertimbangkan aspek-aspek kondisi sumberdaya ikan yang ada, habitat ikan, peraturan perundang-undangan, dan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan agar supaya teknologi yang diciptakan tidak mubazir atau bahkanmerusak sumberdaya ikan dan lingkungannya.Artikel terkait : 1. Penangkapan ikan Ghost Fishing Ghost fishing sebenarnya bukanlah suatu jenis alat tangkap, atau bukan pula metoda penangkapan ikan yang memanfaatkan ilmu ghaib, seperti magic atau... 2. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap Penangkapan Ikan Tongkol Ikan tongkolmerupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia,... 3. Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu.


Kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia sudah mendekati kondisi yang kritis.Tekanan penangkapan yang meningkat dari hari ke hari semakin mempercepat penurunan stok sumberdaya ikan. Tingginya tekanan penangkapan khususnya di pesisir pantai telahmenyebabkan menurunnya stok sumber daya ikan dan meningkatnya kompetisi antar alat penangkapan ikan yang tidak jarang menimbulkan konflik diantara nelayan. Sebagai akibat darimenurunnya pendapatan, nelayan melakukan berbagai macam inovasi dan modifikasi alat penangkapan ikan untuk menutupi biaya operasi penangkapannya.Pelanggaran penggunaan alat tangkap dan metoda penangkapan ikan bukan berita baru lagidalam kegiatan penangkapan ikan. Salah satunya adalah pelanggaran penggunaan trawl  (pukatharimau) secara illegal di beberapa wilayah peraiaran.Pemerintah (dalam hal ini DKP) sebenarnya tidak menutup mata atas semua kejadian pelanggaran itu. Penegakan hukum terhadap pelanggar memang sudah dilakukan.
kesulitan mengontrol seluruh aktivitas nelayan khususnya di daerah terpencil dan perbatasantelah mendorong meningkatnya pelanggaran penangkapan ikan (illegal fishing).Bila kita menengok sejarah pengelolaan sumberdaya ikan, fakta menunjukkan bahwa kegagalan pengelolaan beberapa stok sumberdaya baik secara regional maupun dunia berpangkal darikesalahan kita dalam perencanaan dan antisipasi awal terhadap dampak pengoperasian alattangkap dan dinamikanya.Penemuan dan penggunaan purse seine dan echosounder  pada perikanan pelagis contohnya.Penggunaan purse seine yang dilengkapi echosounder dalam waktu yang sangat singkat telahmampu mempercepat pemenuhan kebutuhan akan ikan dunia. Namun dibalik itu, pengembanganalat tangkap yang tak terencana dan dinamika perubahannya yang tanpa kontrol telahmempercepat punahnya sumberdaya ikan pelagis seperti sardin dan anchovy (clupeids).Demikian juga dengan penemuan pukat harimau, yang diyakini sebagai alat tangkap paling produktif, ternyata juga mempunyai dampak negatif terhadap biota lain yang tak termanfaatkandan lingkungan sekitarnya.Disisi lain, sejarah juga mencatat bahwa kesalahan dalam mengantisipasi dinamika alat tangkap juga telah menyebabkan punahnya sumberdaya ikan. Bangkrutnya perikanan anchovy di Perutelah memberi pelajaran kepada kita bahwa kesalahan dalam mengantisipasi perilaku nelayandalam merespon setiap perubahan baik internal maupun eksternal stok sumberdaya ikan telahmerusak keberlanjutan kegiatan perikanan pelagis.Bertolak dari beberapa pengalaman tersebut, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan berkelanjutan hanya dapat dilakukan jika pengoperasian suatu alattangkap direncankan secara matang dan terencana.Keputusan untuk pengoperasian alat tangkap (termasuk teknologinya) harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan diperlukan evaluasi mendalam sebelumnya. Karena, setiap pengoperasinunit penangkapan ikan akan berdampak baik terhadap sumberdaya ikan yang ditangkap maupunlingkungannnya, sehingga perlu dikaji sampai sejauh mana dampaknya dan bagaimanameminimalkan dampaknya.
Evaluasi dampak pengoperasian alat tangkap minimal harus mampu menjawab tiga dampak utama, yaitu :
1. Dampak terhadap lingkungan,
2. Dampak terhadap kelimpahan sumberdaya
3. Dampak terhadap target sumberdaya ikan itu sendiri.
Disamping mengevaluasi dampak pengoperasian alat tangkap, perencanaan pemanfaatansumberdaya juga harus mempertimbangkan aspek dinamika upaya penangkapan ikan. Kesalahanmengantisipasi dinamika upaya penangkapan ikan akan berdampak pada apa yang dinamakansebagai berlebihnya kapasitas perikanan atau over capacity Rejim open access yang diterapkan sebagian besar negara pada masa lalu yang membiarkan jumlah dan teknologi alat tangkap berkembang tanpa kontrol ditambah subsidi pemerintah dalamupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan di negara berkembang telah mendorong percepatanterjadinya over capacity di sebagian besar perikanan dunia.
Overcapacity yang juga dapatdiartikan sebagai berlebihnya armada penangkapan atau tingginya teknologi penangkapan yangdigunakan dalam operasi penangkapan ini telah menjadi isu hangat para pakar perikanan padatahun-tahun terakhir dalam upaya memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya ikan yang adaselama ini.Kalau selama ini pengelolaan sumberdaya ikan hanya dikonsentrasikan pada upaya bagaimanamencapai hasil tangkapan yang maksimum, maka pengelolaan perikanan sekarang sudahmempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan baik secara ekonomi, ekologidan lingkungan.
Alat tangkap ikan sebagai sarana utama dalam pemanfaatan ikan diatur sedemikian rupasehingga tidak berdampak negatif baik pada pemanfaat dan pengguna sumberdaya ikan, biota,dan lingkungan perairan serta pengguna jasa perairan lainnya.Penggunaan alat tangkap ikan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan harus benar-benar memperhatikan kesetimbangan dan meminimalkan dampak negatif bagi biota lain yang kurangtermanfaatkan. Hal ini penting dipertimbangkan mengingat hilangnya biota dalam struktur ekosistem laut akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang ada.Praktisi teknologi penangkapan ikan sudah memulai mengembangkan alat tangkap yangdimaksud, baik dengan melakukan modifikasi atau membuat rancangan alat tangkap yang ramahlingkungan. Konsep-konsep alat tangkap ikan yang selektif dan ramah lingkungan seperti Turtle Excluder Device(TED), yang di Indonesia dimodifikasi menjadi Bycatch Excluder  Device (BED) dan alat tangkap yang selektif sudah mulai di perkenalkan.Disamping teknologi itu sendiri, adalah penting bagi pemanfaat sumberdaya ikan untuk memahami pengelolaan penangkapan ikan yang meliputi perencanaan, pengoperasian, danoptimalisasi pemanfaatan ikan.
Rekayasa alat tangkap harus mempertimbangkan aspek-aspek kondisi sumberdaya ikan yang ada, habitat ikan, peraturan perundang-undangan, dan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan agar supaya teknologi yang diciptakan tidak mubazir atau bahkanmerusak sumberdaya ikan dan lingkungannya.Artikel terkait :
1. Penangkapan ikan Ghost Fishing 
Ghost fishing sebenarnya bukanlah suatu jenis alat tangkap, atau bukan pula metoda penangkapan ikan yang memanfaatkan ilmu ghaib, seperti magic atau...
 2. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya terhadap Penangkapan Ikan Tongkol 
Ikan tongkolmerupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia,...
 3. Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya 
Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar